Nasehat Syuhada’ Tentang Amar Ma’ruf Nahi Mungkar

         


I.            Nasehat Asy Syahid –Kamaa Nahsabuh-  Syaikh Maisaroh Al Gharib

”Jika anda sudah berniat untuk melakukan amar ma’ruf nahi munkar, jangan sampai kalian lupa hadits Rasul  :  

“Mencegah kemungkaran harus dengan cara yang ma’ruf”.

Karena dakwah mengajak kepada jalan Allah adalah wujud dari cinta kita kepada mereka, oleh karena itu wajib atas kalian : “Mengajak dengan penuh kelembutan dan mencegah dengan penuh kasih sayang”

Allah Subhanahu Wa Ta’ala Berfirman (artinya) :

 “Serulah (manusia) kepada jalan Rabb-mu dengan hikmah dan nasehat yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik (pula). Sesungguhnya Rabb-mu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS An Nahl 125)

Dan janganlah kalian tergesa-gesa ingin segera memperoleh hasilnya, karena Rasulullah  bersabda : “Sifat cermat dan hati-hati (datangnya) dari Allah sedangkan tergesa-gesa (datangnya) dari setan”(HR Tirmidzi, dinyatakan Hasan oleh Syaikh Al Albani)

Hal ini sesuai dengan ucapan Ummul Mukminin Aisyah Rodhiyallohu ‘anha  :

“Sesungguhnya yang pertama kali turun darinya ialah satu surat dari al-Mufashshal (surat-surat pendek) yang berisi penjelasan tentang surga dan neraka; sehingga ketika manusia telah mantap dalam Islam, maka turunlah (ayat-ayat tentang) halal dan haram. Seandainya yang pertama kali turun (kepada mereka) adalah “jangan minum khamr (minuman keras),” tentu mereka akan menjawab “kami tidak akan meninggalkan khamr selama-lamanya. Seandainya yang pertama turun adalah “jangan berzina,” tentu mereka akan menjawab “kami tidak akan meninggalkan zina selama-lamanya”. (HR. Bukhari) [1]

II.            Nasehat Syaikh Abdullah Azzam  tentang Bekal Dalam Amar Ma’ruf Nahi Mungkar  [2] 

 

  • BEKAL PERTAMA : ILMU

Karena ilmu amat sangat penting bagi seseorang yang berdakwah sebab ia menyampaikan Dien Allah. Maka ia tidak boleh menyampaikan kalimat yang belum jelas keshahihannya. Allah Subhanahu Wa Ta’ala Berfirman (artinya) :

 “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya”. (QS Al Isra’ 36)

”Karena seorang ahli ibadah yang tidak berdasarkan ilmu sama kedudukannya dengan seorang yang berilmu tapi banyak bermaksiat kepada Allah. Keburukan dari keduanya sama-sama lebih besar dibanding manfaat yang bisa diambil dari mereka”.

 Rasululllah  Bersabda (artinya)  :

“Sesungguhnya berbohong dengan mengatas-namakan aku tidak seperti berbohong atas orang selainku. Barangsiapa yang sengaja berbohong dengan mengatas-namakan aku maka hendaklah mereka bersiap-siap untuk mendapatkan tempat duduk mereka di neraka” (HR. Muslim)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata :

“…Dengan demikian manakala ilmu didahulukan sebelum amal, maka ilmu itulah yang akan menjadi pemimpin, panglima, pemandu dan penentu hukum atas semua perbuatan seseorang, sekaligus yang akan meninggikan derajatnya di hadapan Allah…” (Zaadul Ma’ad juz 1 hal 298)  

 

  • BEKAL KEDUA  : KELEMBUTAN HATI  

“Berkaitan dengan sifat lemah lembut (dalam amar ma’ruf nahi munkar), telah banyak sekali hadits yang menerangkan penting sifat ini.

Rasulullah Bersabda : “Barangsiapa yang mengharamkan dirinya (membenci) sikap lemah lembut maka itu berarti ia menolak kebaikan” (HR. Muslim) 

Allah Subhanahu Wa Ta’ala Berfirman (artinya)

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang shalih, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri ?“

“Dan tidaklah sama kebaikan dan keburukan. Tolaklah (keburukan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.” “Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar”.

Dan jika syetan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.  (QS Fushshilat 33 – 36)

Dari Aisyah Rodhiyallohu ‘anha, Rasulullah   Bersabda  :

“Sesungguhnya tidaklah sifat lemah lembut ada pada suatu tindakan kecuali ia pasti akan membuat tindakan itu indah, dan tidaklah sifat lemah lembut dicabut dari pada suatu tindakan kecuali ia pasti akan membuat tindakan itu cacat.” (HR. Muslim)  

Dari Aisyah Rodhiyallohu ‘anha, Rasulullah   Bersabda (artinya)   :

“Wahai Aisyah sesungguhnya Allah Maha Lemah lembut dan Mencintai kelemah lembutan, Dia akan memberikan karunianya atas mereka yang bersikap lemah lembut dan tidak memberikannya kepada mereka yang bersikap kasar, serta akan memberikan kepada mereka apa-apa yang tidak Allah Berika kepada selain mereka” (HR. Muslim)  

“Maka disebabkan kasih sayang dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”.  (QS Ali Imron 159)  

Rasulullah   bersabda (artinya) :  

“Tidak ada sesuatu pun yang lebih berat di atas Mizan (timbangan amal di akhirat nanti) dibandingkan akhlaq yang baik” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi,  dan beliau menyatakan Hadits ini Shahih) 

Allah Subhanahu Wa Ta’ala Berfirman (artinya) :

“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin” (QS At Taubah 128) 

Anas Bin Malik t berkata : “Suatu ketika datang seorang  Arab Badui dan kencing di pojok Masjid, maka orang-orang datang memarahinya. Seketika Rasulullah e melarang mereka, setelah orang itu menyelesaikan Rasulullah e memerintahkan para shahabat untuk mengguyur bekasnya dengan air”.(HR Bukhari) 

Dalam hadits lain ditambahkan :  “Ajarilah ia dan berikan kemudahan, jangan membuat kesulitan”(Shahih, Musnad Imam Syafi’i) 

Dalam riwayat yang lain ditambahkan :

“Maka tatkala orang tersebut selesai dari kencingnya, Nabi menyuruh agar tempat yang terkena air kencing tersebut disiram dengan seember air, lalu memanggil orang Badui tadi dan bersabda kepadanya, “Sesungguhnya masjid ini tidak layak untuk membuang kotoran di dalamnya, namun ia dipersiapkan untuk shalat, membaca al Qur’an dan dzikrullah.” (HR. Bukhari-Muslim) 

Dalam riwayat Imam Ahmad bin Hambal, orang Badui itu berkata :

“Ya Allah limpahkanlah kasih sayang-Mu kepadaku dan Muhammad, dan janganlah engkau sayangi yang lainnya”.  

Allah Subhanahu Wa Ta’ala Berfirman (artinya)

“Pergilah kamu beserta saudaramu (Harun) dengan membawa ayat-ayat-Ku, dan janganlah kamu berdua lalai dalam mengingat-Ku; Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas. Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut.”  ( QS Thahaa 42 – 44)  

“Musa berkata : “Ya Rabb ku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku” (QS Thahaa 42 – 44) 

 

  • BEKAL KETIGA : SABAR

Asy Syahid –kamaa nahsabuh- melanjutkan : “Setiap orang yang mengajak kepada jalan Allah pasti akan mendapatkan penentangan. Karena ia sedang berhadapan dengan manusia yang memiliki keyakinan dan pendapat yang bertolak belakang dengan keyakinannya. Padahal kebanyakan manusia dalam kondisi bodoh dan pandangan hidup yang cenderung kepada hal-hal yang tidak sesuai dengan syari’ah Allah. Marilah kita perhatikan nasehat Luqman Al Hakim kepada anaknya, dalam ayat berikut  (artinya) :  

“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”  (QS Luqman 17) 

 “Dan perintahkanlah kepada keluargamu agar mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya (dalam menasehati).” (QS Thaha 132)

  •  CARA-CARA AMAR MA’RUF NAHI MUNGKAR

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah menjelaskan :

“Amar ma’ruf Nahi mungkar terkadang dilakukan dengan hati, kadang dengan lisan dan kadang dengan tangan (kekuatan). Adapun dengan hati, maka itu adalah sesuatu yang wajib di setiap kondisi karena tidak adanya bahaya saat melakukannya dan barangsiapa yang tidak melakukannya, maka ia bukan tergolong sebagai orang mukmin sebagaimana sabda Rasul -shollallohu ‘alaihi wasallam- : “Tidak ada setelah itu sedikit pun dari iman walaupun sebesar biji sawi”(Majmu’atul Fatawa 82/721)

Syaikh Abdullah Azzam -rahimahullah- melanjutkan :

“Adapun urutan amar ma’ruf nahi mungkar adalah sesuai hadits nabi :

مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإِيمَانِ

“Barangsiapa yang menyaksikan kemungkaran, maka wajib baginya untuk merubah dengan tangannya (kekuatannya), jika ia tidak mampu maka ia wajib menggunakan lisannya, jika ia tidak mampu maka ia wajib menggunakan hatinya, dan itu adalah iman yang paling lemah” (HR. Muslim)

MAKA TIDAK DIPERBOLEHKAN MENGUNAKAN LISAN (SAJA) BAGI ORANG YANG MAMPU MENGGUNAKAN PEDANG DALAM MENGHAPUS KEMUNGKARAN, JUGA TIDAK DIPERBOLEHKAN HANYA MENGINGKARI DENGAN HATI JIKA IA MAMPU MENGKRITIK, MENGUNGKAP KEBURUKANNYA DAN MENGINGATKAN PELAKUNYA AGAR TAKUT KEPADA  ALLAH DARI KEMUNGKARAN ITU”

  • Bolehkah menggunakan hati dan lisan saja, sedangkan kita tahu bahwa kemungkaran itu tidak akan berhenti jika tidak menggunakan kekuatan ?

Dalam Kitab Ahkamul Qur’an tulisan Imam Al Jashshosh, dikutip sebuah penjelasan dari Muhammad bin Al Hanafiyyah -putra Ali Bin Abi Thalib dari istri keduanya- berikut ini :

“Dan penghilangan kemungkaran dengan menggunakan tangan dapat diwujudkan dalam beberapa bentuk, di antaranya :

Jika kemungkaran itu tidak mungkin dapat hilang kecuali dengan pedang dan pelakunya harus didatangi, maka orang tersebut harus melakukan hal tersebut, seperti saat seseorang hendak membunuhnya atau membunuh orang lain, atau hendak merampoknya atau memperkosanya dan yang semisal dengan itu, sedang orang itu mengetahui bahwa perbuatan itu tidak mungkin berhenti hanya dengan sebatas peringatan lisan atau melawannya namun tidak dengan senjata, MAKA IA WAJIB MELAWAN ORANG ITU DENGAN SENJATA.

Hal ini didasarkan hadits : “Barangsiapa yang menyaksikan kemungkaran, maka wajib baginya untuk merubah dengan tangannya (kekuatannya)”

Jika tidak mungkin merubah atau mencegahnya kecuali dengan membunuhnya, maka ia wajib membunuhnya. Namun jika menurutnya cukup dengan menggunakan kekuatan tangan saja tanpa harus menggunakan senjata dan si pelaku sudah berhenti dari kemungkaran itu, maka ia tidak boleh mendahulukan menggunakan senjata (membunuhnya).

Akan tetapi jika tidak mungkin mencegah kemungkaran tersebut kecuali dengan menggunakan senjata (membunuhnya)  tanpa terlebih dahulu memberikan peringatan maka ia wajib melakukam hal itu”

(Ahkamul Qur’an lil Jashshsosh 2/713) 

(HUKMUL ‘AMAL FIL JAMA’AH – ASY SYAHID ABDULLAH –KAMAA NAHSABUH- AZZAM)

Demikianlah nasehat dua orang syuhada’ tentang Amar Ma’ruf Nahi Mungkar, semoga kita bisa mengamalkan dan menjadikan mereka sebagai teladan bagi kita semua. Amien.  

Dikutip dan diterjemahkan oleh :Abu Izzuddin Al Hazimi

 

[1]  Minhaj Hayah – Syaikh Maisarah Al Gharib hal 48

[2]  Hukmul ‘Amal Fil Jama’ah – Asy Syahid Abdullah –kamaa nahsabuh- Azzam